
•Update PKG 13 Juli 2025
Urban vs Rural: Ternate dan Tidore Tertinggal, Desa Justru Lebih Responsif terhadap PKG
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan MasyarakatOleh Riskal Muslim • 12 Jul 2025
Sofifi, 13 Juli 2025 — Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) di Provinsi Maluku Utara menunjukkan tren menarik: wilayah pedesaan (rural) justru mencatat capaian lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan (urban) seperti Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan. Data terbaru per 13 Juli 2025 mengungkap bahwa capaian pemeriksaan kesehatan di Ternate hanya 3,00% dan Tidore 3,46%, jauh di bawah kabupaten pedesaan seperti Taliabu (11,23%), Halmahera Barat (8,88%), dan Halmahera Tengah (6,71%).
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: Mengapa daerah dengan fasilitas kesehatan terbaik justru tertinggal? Dan mengapa desa-desa dengan keterbatasan akses justru lebih responsif?
Capaian Provinsi Masih Rendah
Secara keseluruhan, Provinsi Maluku Utara baru mencapai 5,06% dari total sasaran 1,35 juta jiwa, masih jauh dari target nasional sebesar 36%. Meski terdapat peningkatan dari minggu sebelumnya, angka ini menandakan perlunya langkah luar biasa untuk mengejar ketertinggalan.
Responsifnya Desa: Faktor Kunci
Sejumlah kabupaten dengan karakteristik pedesaan menunjukkan bahwa:
Kader kesehatan dan tokoh lokal lebih aktif dalam menyosialisasikan PKG,
Pemerintah desa memberikan dukungan nyata, seperti penyediaan lokasi dan logistik,
Adanya budaya kolektif yang lebih kuat dalam menjaga kesehatan bersama.
Di sisi lain, kota besar menghadapi tantangan seperti:
Individualisme masyarakat,
Kurangnya waktu karena kesibukan kerja,
Persepsi bahwa layanan kesehatan bisa diakses kapan saja tanpa perlu “gerakan massal.”
Rekomendasi Aksi Nyata
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten Kota perlu mengambil sejumlah langkah untuk mempercepat capaian PKG baik di kota maupun di desa:
Mengintensifkan kampanye di media massa dan media sosial yang menyasar warga perkotaan.
Membentuk tim gerak cepat PKG di wilayah urban untuk membuka pos layanan di tempat ramai seperti pasar, kantor pemerintahan, dan tempat ibadah.
Memperkuat koordinasi dengan camat, lurah, dan RT/RW di kota agar pola pendekatan lebih menyerupai keberhasilan di desa.
Penutup
Perbedaan respons antara kota dan desa menjadi cermin bahwa keberhasilan program kesehatan tidak semata-mata bergantung pada ketersediaan fasilitas, tetapi pada keterlibatan masyarakat dan pemimpin lokal. PKG adalah program untuk semua — dan saat ini, desa-desa di Maluku Utara telah membuktikan bahwa semangat gotong royong masih menjadi kekuatan besar dalam menjaga kesehatan bersama.